Oleh Masruri Abd Muhit Lc
Ibarat suatu produk kendaraan bermotor, maka yang lebih mengetahui bagaimana produk itu bisa hidup dan berjalan dengan baik serta konsep dan resep pemeliharaan dan penjagaannya tentu yang memproduksi. Begitu juga manusia, yang lebih mengetahui bagaimana mereka bisa hidup dengan baik dan bisa sampai kepada kebahagiaan yang didamba juga bagaimana memelihara dan menjaga kehidupan mereka ya Dzat yang menciptakan mereka yakni Allah swt.
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup menyendiri, mereka harus berhubungan dengan manusia dan makhluk lainnya. Untuk sampai pada kehidupan damai dan bahagia dalam kehidupan sosialnya perlu adanya aturan main yang disepakatinya. Namun tidak seorangpun dari mereka atau satu kelompokpun dari mereka, sejenius apapun yang mampu membuat aturan main yang bisa diterima oleh semuanya. Maka manusia dalam kehidupan sosialnya memerlukan aturan main dari luar mereka yang mereka tidak boleh tidak harus menerima dan mensepakati aturan main itu, yakni aturan yang datang dari Dzat yang berjasa menciptakan mereka yakni Allah swt.
Dalam surat Al Baqarah ayat 21 saat Allah swt menyuruh manusia untuk menyembahNya dan mengambil konsep serta resep kehidupan hanya dariNya, Dia menyebutkan rububiyahNya bahwa Dialah yang telah menciptakan mereka dan orang orang sebelum mereka.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ . البقرة ٢١
Wahai manusia, sembahlah Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian agar kalian bertaqwa. QS Al-Baqarah 21.
Dengan ringkas saya ingin mengatakan bahwa kebaikan dan kebahagiaan manusia ada pada konsistensi mereka dalam mengambil dan menerapkan serta menerapkan aturan dan konsep kehidupan hanya dari Allah swt sebagai Tuhan dan pencipta mereka yang lebih mengetahui dan mengerti tentang kehidupan mereka.
Dalam banyak ayat, Allah swt menyampaikan dan menantang manusia untuk menunjukkan apakah ada yang lebih mengetahui dan mengerti selain Dia.
Dalam surat Al Baqarah 140 umpamanya disebutkan
أَمْ تَقُولُونَ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطَ كَانُوا هُودًا أَوْ نَصَارَىٰ ۗ قُلْ أَأَنتُمْ أَعْلَمُ أَمِ اللَّهُ ۗ وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّن كَتَمَ شَهَادَةً عِندَهُ مِنَ اللَّهِ ۗ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ. البقرة ١٤٠
Ataukah kalian mengatakan sesungguhnya Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub dan anak cucu itu dulu orang orang Yahudi atau Nasrani, katakanlah, Apakah kalian yang lebih mengetahui atau Allah, siapa yang lebih dzalim dari orang orang yang menyembunyikan kesaksian padanya dari Allah. Allah tidaklah lalai akan apa yang kalian perbuat. QS Al-Baqarah 140.
Dalam surat Al Maidah 50
أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ ۚ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِّقَوْمٍ يُوقِنُونَ. المائدة ٥٠
Apa hukum jahiliah yang mereka inginkan ?. Siapa yang lebih baik hukumnya dari Allah bagi orang orang yang yakin. QS Al Maidah 50.
Dalam ilmu balagoh ilmu ma’ani, kalimat pertanyaan dalam dua ayat di atas, tidak dimaksudkan untuk bertanya tetapi untuk menafikan dan pengingkaran, sehingga kalimat “apakah kalian lebih mengetahui atau Allah” maksudnya “tidak mungkin kalian lebih mengetahui dari pada Allah”, dan kalimat “Siapa yang lebih baik hukumnya dari Allah?” maksudnya “Tidak akan mungkin ada yang lebih baik hukumnya dari Allah”.
Sekali lagi saya ingin menegaskan bahwa kebaikan dan kebahagiaan manusia ada pada konsistensi dan ketaatan serta mengambil resep kehidupan dari Allah swt, baca dalam berislam.
Mungkin ada yang bertanya, kalau memang begitu, mengapa negara negara yang mayoritas penduduknya tidak berislam (Eropa, Amerika, Australia dll) justru keadaannya lebih maju dan makmur serta mungkin lebih bahagia dari negara negara yang mayoritas penduduknya berislam ?
Dalam suatu pengajian, saya menjawab pertanyaan seperti di atas bahwa hendaknya kita jangan tertipu dan minder dengan kenyataan itu semua, karena sebenarnya itu semua hanya dalam lahiriahnya saja, kelihatannya mereka maju dan makmur tapi sebenarnya mereka keropos tidak sebahagia yang kita lihat, buktinya angka bunuh diri di negara negara mereka jauh lebih tinggi dibandingkan dengan angka bunuh diri di negara-negara kita. Ini menunjukkan ketidak bahagiaan mereka, sampai mereka banyak bosan hidup.
Kalau mereka mengalami kemajuan dan kemakmuran serta kesejahteraan lahiriahnya, itu karena mereka lebih konsisten dan lebih bisa mewujudkan asbabnya yang sebenarnya juga ada dalam agama kita, seperti semangat kerja, kejujuran, ketangguhan dan tahan banting tidak mengenal menyerah, serta sifat sifat utama yang lain, yang semuanya itu sebenarnya juga ada dalam agama kita.
Kalau kehidupan batin mereka keropos, maka itu wajar karena mereka memang tidak mempunyai sandaran kecuali usaha atau asbab mereka, sementara dalam kenyataannya tidak semua sebab pasti menyampaikan pada musabbab, tidak semua usaha bisa menyampaikan pada hasil yang didamba.
Maka tatkala usaha dan asbab sudah mereka lakukan dan begitu yakin hasilnya akan sesuai dengan yang didamba, tetapi ternyata kenyataannya hasil tidak seperti yang diperkirakan, mereka tidak mempunyai pegangan dan putus asa sehingga kemudian banyak yang mengambil jalan pintas dengan minum minuman dan mabuk mabukan bahkan kemudian melakukan bunuh diri.
Dalam tafsir madrasiy yang diajarkan di klas 4 atau klas 3 experiment (sekarang intensif) setelah pertengahan tahun di Gontor, yang tafsir itu sebenarnya dirangkum dan disadur dari tafsir Al Mannar tulisan Muhammad Rosyid Ridho atau Muhammad Abduh, saat menafsirkan ayat iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in dalam surat Al Fatihah dikatakan bahwa sebab kesuksesan dan kebahagiaan dunia akhirat itu dengan dua hal, pertama al akhdzu bil asbab, melakukan dan mengambil sebab, pingin kaya bekerja, mau pinter belajar mau punya keterampilan berlatih dan seterusnya, sedang kedua alisti’anatu bima waroal asbab, bersandar dan meminta pertolongan kepada Allah dalam hal-hal di luar kemampuan kita atau di luar sebab, sehingga kemudian akan menerima semua hasil yang didapat, dan meyakini bahwa itu yang ditakdirkan Allah dan itu yang terbaik untuk dirinya.
Maka keadaan apapun yang didapat akan dianggap baik membahagiakan, bila mendapatkan sesuatu yang menyenangkan akan disyukurinya dan bila mendapatkan sesuatu yang tidak menyenangkan bisa diterimanya dengan kesabaran.
Dalam suatu hadis sohih dinyatakan
عن صهيب بن سنان الرومي رضي الله عنه قال صلى الله عليه و سلم ، عَجَبًا لأَمْرِ المُؤْمِنِ، إنَّ أمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وليسَ ذاكَ لأَحَدٍ إلّا لِلْمُؤْمِنِ، إنْ أصابَتْهُ سَرّاءُ شَكَرَ، فَكانَ خَيْرًا له، وإنْ أصابَتْهُ ضَرّاءُ، صَبَرَ فَكانَ خَيْرًا له. رواه مسلم
Dari Suhaib bin Sinan Arrumi ra rosulullah saw bersabda, sungguh mengagumkan perkara orang beriman, sungguh perkaranya semuanya baik, hal itu tidak terjadi kecuali pada orang beriman, bila mendapatkan sesuatu yang menyenangkan bersyukur dan itu baik baginya, dan bila mendapatkan sesuatu yang tidak menyenangkan bersabar dan itu baik baginya. HR Muslim.
Dalam surat Al Baqarah 200-201 disebutkan
فَمِنَ النَّاسِ مَن يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ. وَمِنْهُم مَّن يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ . البقرة ٢٠٠- ٢٠١
Di antara manusia ada yang berkata wahai Tuhan kami, berilah kami di dunia dan dia di akherat tidak mendapatkan bagian, dan di antara mereka ada yang mengatakan wahai Tuhan kami berilah kami di dunia kebaikan dan di akherat kebaikan dan peliharalah kami dari api neraka. QS Al-Baqarah 200-201.
Dalam dua ayat di atas diterangkan ada dua kelompok manusia, pertama kelompok yang tujuan hidupnya hanya kehidupan dunia karena memang mereka tidak beriman adanya akherat, dan ada kelompok yang kedua kelompok manusia yang tujuan hidupnya bukan hanya dunia tetapi juga akherat.
Kelompok pertama tidak beriman kepada akherat sehingga fokus hidupnya hanya dunia sehingga yang akan didapatnya hanya kehidupan dunia sementara di akherat tidak dapat bahkan mendapatkan siksa.
Sementara kelompok yang kedua adalah kelompok manusia yang beriman, yang mengimani bahwa kehidupan ini bukan hanya di dunia tetapi akan berlanjut pada kehidupan akherat. Mereka ingin bahagia dalam keduanya, dengan dalam kehidupan dunianya fokus pada kehidupan akherat dengan selalu mentaati Allah dan rasulNya sehingga akan menemukan bahagia dunia akhirat dan itulah sukses besar.
مَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الْآخِرَةِ نَزِدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ ۖ وَمَن كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِن نَّصِيبٍ الشورى ٢٠
Barang siapa menginginkan tanaman akherat maka Kami tambah baginya tanamannya, dan barang siapa menginginkan tanaman dunia maka Kami memberinya sebagian darinya dan di akherat dia tidak mendapatkan bagian. QS As Syuro 20.
وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا. الأحزاب ٧١
Dan barangsiapa mentaati Allah dan rasulNya maka dia telah sukses besar. QS. Al Ahzab 71.
Semoga kita semua termasuk mereka yang fokus dalam kehidupan dunia untuk kebahagiaan akherat dengan mentaati Allah dan rasulNya sehingga sukses besar bahagia dunia akhirat.