Oleh Masruri Abd Muhit Lc
Bagi orang- orang Jember dan Bondowoso dan sekitarnya, pesantren Suger Jember tidaklah asing, mengingat pesantren itu merupakan pesantren salaf (tradisional) yang cukup terkenal dan lama, yang terkenal kuat memegang tradisi kepesantrenan salafnya.
Sementara pesantren kita Pon Pes Darul Istiqomah Bondowoso masih relatif belum lama berdirinya yaitu tahun 1994, 24 tahun yang lalu, selain pesantren kita ini pesantren alumni Gontor yang tentu saja sistem dan kurikulum pendidikannya mengikuti sistem dan kurikulum KMI Pondok Modern Gontor, bahkan sudah mendapatkan status muadalah sama dengan Gontor. Sehingga antara pesantren Suger Jember yang diasumsikan sebagai pesantren salaf totok berseberangan tidak ada hubungan dengan pesantren kita yang diasumsikan sebagai pesantren modern.
Sebenarnya pesantren salaf dan pesantren modern itu sama-sama lembaga pendidikan yang bertujuan mencetak kader kader yang mendalami agama (mutafaqqih fiddin), hanya caranya saja yang berbeda, pesantren salaf mendalami agama dengan langsung mempelajari kitab kuning sehingga memerlukan waktu yang cukup lama, sementara pesantren modern mendalami agama dengan cara memberikan kunci membuka kitab kuning, bahasa arab, dan bahasa Inggris, serta dasar dasar agama dan ijtihad semacam ilmu usul fiqih, ilmu mustolahil hadis dan lain lain.
Dengan kunci dan dasar dasar itu bisa berselancar membaca dan mendalami segala kitab kuning dengan tetap dalam frame pemikiran yang benar.
Kemaren saya menghadiri undangan tetangga yang menikahkan putrinya yang mondoknya sebelumnya di pesantren Assolihin Suger Jember mendapatkan seorang laki laki dari Pamekasan Madura.
Saya menghadiri undangan pernikahan itu bersama istri saya, karena tempat undangan dipisah antara undangan laki laki dan perempuan, maka saya dan istri saya berpisah tempatnya, saya bersama undangan putra di depan sementara istri saya dan undangan putri lainnya di belakang.
Di tempat undangan itu saya duduk berdampingan dengan seorang laki tidak terlalu tua, setelah saya menyapanya ternyata beliau bernama KH Ibrahim, pengasuh pesantren Assolihin Jember, dan saya pun mengenalkan diri bahwa saya Masruri tinggal di sebelah sini pesantren Darul Istiqomah.
Saya dengar masih ada hubungan keluarga dengan keluarga Assiddiqi (KH Siddiq) Jember, bagaimana hubungannya? Tanya pak kyai Suger itu kepada saya.
Kyai Siddiq adalah seorang ulama berasal dari Lasem Jawa Tengah yang hijrah ke Jember untuk merintis dakwah di Jember dengan pesantrennya yang terkenal dengan nama pesantren Assiddiqi Talang Sari, yang jalan ke pesantren itu sekarang dinamai dengan nama ulama itu KH Siddiq. Di jalan itu sekarang ada pesantren Assiddiqi Putra (Astra), pesantren Zaenab Siddiq, pesantren Al Fattah dan pesantren Assiddiqi Putri (Asri) yang pengasuhnya semuanya keturunan mbah kyai Siddiq.
KH Ahmad Siddiq yang pada muktamar NU Situbondo (1984) terpilih sebagai Ro’is Am PB NU dan pencetus kembalinya NU ke khittah 26 merupakan salah satu putra Kyai Siddiq selain putra putri yang lain yang juga kyai cukup kharismatik seperti kyai Abdullah Siddiq, kyai Abdul Halim Siddiq, dll.
Mendapat pertanyaan seperti di atas, saya mengatakan tidak persis seperti itu, sebenarnya tidak ada hubungan langsung dengan keluarga Assiddiqi, ibu istri saya adalah adik kandung dari bu nyai Abdul Halim Siddiq, hanya karena ibu mertua saya itu berumur panjang sampai sekarang, sehingga hampir semua keturunan kyai Siddiq sekarang ini menganggap ibu mertua saya sebagai orang tua mereka atau nenek mereka. Jadi seperti gus Sep (KH Saifurrijal Abd Halim Siddiq), Gus Syauqi ( KH Syauqi Abd Halim Siddiq) dan saudara saudara itu masih misanan (sepupu) istri saya dari jalur ibu. Kalau saya sendiri dari Balung Jember, bapak saya alumni Gontor termasuk saya juga alumni Gontor.
Saat pulang kondangan saya bertanya kepada istri saya, tadi bertemu dengan bu nyai Suger ya?. Ya beliau bertanya banyak tentang keluarga Assiddiqi Talang Sari, dan ketika saya sampaikan bahwa saya masih sepupu Cak Sep, beliau mengatakan bahwa beliau masih saudara dengan mbak Ida istri cak Sep. Jawab istri saya.
Jadi kalau dihubung hubungkan sebenarnya pesantren Suger itu masih ada hubungan keluarga dengan keluarga pesantren kita Pon Pes Darul Istiqomah.
Semoga ada manfaatnya dan berkah.