Oleh Masruri Abd Muhit
Bapak bapak dan ibu ibu sekalian, masyaallah, kok bapak bapak dan ibu ibu, oya semua sudah jadi bapak bapak dan ibu ibu, saya dan ibu juga sudah jadi kakek kakek dan nenek nenek. Cucu saya sekarang suduh tujuh orang dari empat anak saya yang sudah berkeluarga, sedangkan anak yang kelima masih kecil dan masih di pondok, Darul Istiqomah maksud saya, masih belum waktunya nikah, karena memang jarak dia dengan kakaknya cukup lama sekitar 12 tahun, jadi ya pantas kalau masih di pondok.
Kelima anak saya itu semuanya lahir di lain lain rumah tetapi semuanya berada di pesantren, anak yang pertama lahir di rumah bersejarah rumah paling awal ada di pesantren Baitul Arqom Balung Jember, rumah itu pertama dibangun untuk ustadz Imam Subani, tahu ustadz Imam Subani?, beliau pengarang buku durusullugoh al arabiyyah bersama KH Imam Zarkasyi. Setelah pak Subani pulang ke Ponorogo, rumah itu ditempati pak kyai Machin Ilyas setelah berkeluarga.
Secara ide Baitul Arqom itu didirikan oleh tiga orang KH Abd Mu’id, KH Jawahir dan Kyai Machin Ilyas, hanya yang memulai pertama pak Mu’id dan pak Jawahir, sementara pak Mahin berangkat ke Mesir dulu.
Setelah pulang, beliau bergabung dan yang memimpin Baitul Arqom, dan setelah menikah beliau menempati rumah yang ditinggal oleh pak kyai Subani, dan ketika saya pulang dan menikah saya menempati rumah itu karena beliau sudah membangun rumah pribadi, namun saya hanya menempatinya satu tahun dan punya anak pertama, karena saya mendapat tugas dakwah dari atase agama kedubes Saudi Jakarta ke Sumbawa.
Yang kedua lahir di Sumbawa di pesantren Al Ikhlas Taliwang saat tugas dakwah dari Atase agama kedubes Saudi Jakarta selama dua tahun, yang ke tiga lahir di pesantren Baitul Arqom Balung Jember di rumah tempat lahir anak saya yang pertama, yakni rumah yang sekarang ditempati ustadz Syamsul, sepulang dari Sumbawa dan mulai pondok ala Gontor dengan pendidikan formalnya MMI, sedang yang keempat di pesantren Baitul Arqom Balung Jember juga, hanya di rumah pribadi saya di sebelah utara yang sekarang ditempati oleh putra keduanya pak Masykur setelah saya jual saat setelah saya pindah ke Bondowoso, sedangkan yang kelima lahir di pesantren kita Darul Istiqomah Bondowoso, terpaut jauh jaraknya sekitar dua belas tahunan.
Masyaallah, kok jadi nglantur begini, sampai ke mana mana, maaf ya, ya begini ini kalau sudah ngomong. Sebenarnya saya tadi diminta untuk memberikan tausiyah, saya katakan bahwa saya pikir tausiyah sudah banyak saya sampaikan saat jadi santri dulu, tapi nggak apa-apa deh, sekedar pengingat, fadzakkir fainnaddzikro tanfa’ul mukminin, berilah peringatan karena peringatan itu bermanfaat bagi orang orang beriman.
Saya kira semuanya masih ingat ada judul di pelajaran muthola’ah yang bukunya alqiro’aturrosyidah kalau tidak salah untuk klas 4 atau klas 5, judul itu berbunyi tanazu’ul baqo’.
Judul ini sering dimaknai salah oleh kebanyakan santre, mereka sering salah mengartikan bahwa itu artinya pertarungan abadi, atau persaingan selamanya, atau perseteruan tiada henti, padahal arti yang benar adalah tanazu’ (pertarungan/persaingan/perseteruan) lil baqo’ (untuk tetap ada atau eksis), artinya bahwa dalam hidup ini selalu dan harus ada fight perjuangan untuk menunjukkan keberadaan dan eksistensi. Kata orang innal hayata aqidatun wa jihad, sungguh hidup itu idealisme dan perjuangan, prinsip dan perjuangan mempertahankan prinsip.
Idealisme dan prinsip orang beriman bahwa hidup ini bukan hanya sampai di sini, hidup ini tujuan akhirnya adalah kehidupan akherat. Kita dituntut agar berusaha dalam hidup ini untuk mencari kehidupan akherat, perjalanan hidup ini perjalanan yang berawal di dunia dan berakhir di akherat.
وابتغ فيما آتاك الله الدار الآخرة ولا تنس نصيبك من الدنيا
Carilah dalam apa yang diberikan Allah padamu kehidupan akherat dan jangan lupa bagianmu dari dunia.
Kita dituntut mencari akherat, tetapi tidak lupa dunia, sekedar tidak lupa, mencari dunia untuk mendapatkan akherat, jangan sampai dunia melalaikan kita untuk ingat akherat, jangan tidak dan kehilangan fokus pada tujuan hidup. Jalan ini berawal dari dunia dan akhirnya di akherat. Semoga kita tetap dan tidak kehilangan fokus.
Daris, 5 Januari 2019